Selasa, 26 Juni 2012

JUAL BELI

JUAL-BELI DALAM ISLAM


 

  1. Pengertian Jual-Beli

    Jual beli menurut etimologi, diartikan:

    "Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)"

    Sedangkan menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:

    1. Menurut ulama Hanafiyah: "Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)."
    2. Menurut Imam Nawawi : "Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan."
    3. Menurut Ibnu Qudamah : "pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik."
  2. Landasan Syara'.
    1. Al-Qur'an

      " Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

      (QS. Al-Baqarah: 275)


       

      "kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka."

      (QS. An-Nisa' : 29)

    2. As-Sunnah

      Artinya : "Nabi SAW. Ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur." (HR. Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifa'ah Ibn Rafi')

    3. Ijma'

      Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alas an bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang yang sesuai.

  3. Rukun Jual Beli

    Dalam menetapkan rukun jual beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara ridha, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

    Adapun rukun jual beli menurut Jumhur ulama ada empat, yaitu:

    1. Bai' (penjual)
    2. Mustari (pembeli)
    3. Shighat (ijab dan qabul)
    4. Ma'qud 'alaih (benda atau barang).
  4. Syarat Jual Beli

    Dalam jual beli terdapat empat macam syarat, yaitu:

    1. Syarat terjadinya akad (in'iqad)
    2. Syarat sahnya akad
    3. Syarat terlaksananya akad (nafadz)
    4. Syarat lujum

Secara umum tujuan adanya semua syarat tersebut antara lain untuk menghindarkan pertentangan diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang sedang akad, menghindari jual beli gharar (terdapat unsure penipuan), dll.

Jika jual beli tidak memenuhi syarat terjadinya akad, akad tersebut batal. Jika tidak memenuhi syarat sah, menurut ulama Hanafiyah, akad tersebut fasid. Jika tidak memenuhi syarat nafadz, akad tersebut mauquf yang cenderung boleh, bahkan menurut ulama Malikiyah, cenderung kepada kebolehan. Jika tidak memenuhi syarat lujum, akad tersebut mukhayyir (pilih-pilih), baik khiyar untuk menetapkan maupun membatalkan.

  1. Hukum Jual Beli

    Adapun menurut ulama Hanafiyah, dalam masalah muamalah terkadang ada suatu kemaslahatan yang tidak ada ketentuannya dari syara' sehingga tidak sesuai atau ada kekurangan dengan ketentuan syariat. Akad seperti itu adalah rusak, tetapi tidak batal. Dengan kata lain, ada akad yang batal saja dan ada pula yang rusak saja. Lebih jauh tentang penjelasan jual beli sahih, fasad, dan batal adalah sebagai berikut ini:

    1. Jual beli sahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syariat. Hukumnya, sesuatu yang diperjualbelikan menjadi milik yang melakukan akad.
    2. Jual beli batal adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu rukun, atau yang tidak sesuai dengan syariat, yakni orang yang akad bukan ahlinya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang gila dan anak kecil.
    3. Jual beli rusak adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat pada asalnya, tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang mumayyiz, tetapi bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.
  2. Macam-macam Jual Beli.

    Jual beli berdasarkan pertukarannya secara umum dibagi empat macam:

    1. Jual beli saham
      (pesanan) adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.
    2. Jual beli muqayadhah
      (barter) adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
    3. Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
    4. Jual beli alat penukar dengan alat penukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas.

Berdasarkan segi harga, jual beli dibagi pula menjadi empat bagian :

  1. Jual beli yang menguntungkan (al-murabbahah).
  2. Jual beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual dengan harga aslinya (at-tauliyah).
  3. Jual beli rugi (al-khasarah)
  4. Jual beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridhai, jual beli seperti inilah yang berkembang sekarang.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar