Kamis, 03 Mei 2012

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATF



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metodologi  penelitian kuantitatif adalah metodologi yang berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasrkan variable penelitian yang ada. Objek kajian dari metodologi penelitian kuantitatif adalah ilmu eksak atau ilmu pasti. Disebut penelitian kuantitatif karena penelitian ini berdasarkan jumlah atau banyaknya (benda) yang ditelitinya, bukan berdasarkan atas mutu kajiannya.
Metodologi penelitian kuantitatif adalah metodologi yang didesain sangat spesifik, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengetahui objek tertentu, atau benar-benar focus terhadap suatu permasalahan saja. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk melakukan tes terhadap teori yang sudah ada sebelumnya, hanya saja ingin membuktikan kebenaran teori yang sudah ada tersebut.
Metodologi penelitian kuantitatif  menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara berkala dan terstruktur, jadi tidak cukup hanya dengan sekali wawancara saja. Instrument yang digunakan dalam metodologi penelitian kuantitatif adalah tes, angket, wawancara dan skala.[1]




B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian dan Macam-macam Skala pengukuran
2.      Pengertian dan Macam-macam Instrumen penelitian






BAB II
PEMBAHASAN

Instrumen penelitian di gunakan untuk mengukur nilai variabel yang di teliti. Dengan
demikian jumlah instrument yang akan digunakan untuk penelitian akan tegantung pada jumlah variabel yang di teliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrument yang di gunakan untuk penelitian juga lima. Instrument - instrument penelitian sudah ada yang di bakukan, tetapi masih ada yang harus di buat peneliti sendiri. Karena instrument penelitian akan di gunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala.

A. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila di gunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Macam-macam skala pengukuran  tersebut antara lain :[2]
1.    Skala Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau kelompok. Sebagai contoh pengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal diatas digunakan angka-angka sebagai simbol.
2.    Skala Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif  karakteristik yang berbeda yang dimiliki oleh obyek atau indvidu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relative tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangannya atau kelebihannya.
3.    Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nomnal dan skala ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau obyek dengan lainnya.
4.    Skala Ratio
Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal, dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.
5.    Skala Pengukuran Sikap
Ada empat jenis skala pengukuran sikap menurut Daniel J Mueller (1992), yaitu:[3] a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.
b. Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu : 1) metode perbandingan pasangan, 2) metode interval pemunculan sama, dan 3) metode interval berurutan. Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.
c. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau  tidak,  benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative  dan lain - lain. Data yang di peroleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
d. Semantic Deferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood. Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di peroleh adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang.

B. Instrumen Penelitian
Karena pada perinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya di namakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan mengukur fenomena dalam maupun sosial yang di amati. Secara spesifik semua fenomena ini di sebut variabel penelitian.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah di tetapkan untuk di teliti. Misalnya akan meneliti tentang pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja sekolah terhadap prestasi belajar anak. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajr murid

C. Cara Menyusun Instrumen
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang di tetapkan untuk di teliti. Dari variabel-variabel tersebut di berikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya di tentukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian di jabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu di gunakan matrik pengembangan instrumen  atau kisi – kisi instrumen.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “tingkat kekayaan” Indikator kekayaan misalnya : rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering di makan, jenis olah raga yang di lakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah , bentuk pertanyaannya misalnya : 1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam hal ini perlu di bedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukut yang di gunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat di gunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila di gunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten.
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka di harapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan relabel. Hal ini masih akan di pengaruhi oleh kondisi obyek yang di teliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang di teliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrument untuk mengukur variabel yang di teliti.

E. Pengujian Validitas dan reliabilitas Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstrak ( Construct Validity )
Untuk menguji validitas konstrak, dapat di gunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini stelah instrument di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan di ukur dengan berlandasan teori tertentu, maka selanjutnya di konsultasikan dengan ahli. Para ahli di minta pendapatnya tentang instrument yang telah di susun itu.
b. Pengujian Validitas (content Validity)
Untuk instrument yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat di lakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah di ajarkan. Seorang dosen yang member ujian di luar pelajaran yang telah di tetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrument di uji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta ± fakta empiris yang  terjadi di lapangan .
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat di lakukan eksternal maupun internal. Secara ekternal pengujian di lakukan dengan test, retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat di uji dengan menganalisis konsistensi butir - butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.[4]





BAB III
PENUTUP


A.  KESIMPULAN

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila di gunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Macam-macam skala pengukuran  tersebut antara lain : Skala Nominal, skala ordinal, skala interval, skala ratio, skala pengukuran sikap.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan mengukur fenomena dalam maupun sosial yang di amati. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajr murid






















[2] Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu (Yogyakarta: 2006), hlm. 93-94.
[3] Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, PT. RajaGrafindo Persada, (Jakarta: 2008), hlm. 110-117
[4] http://www.scribd.com/doc/83630883/BAB-6-Teknik-Pengumpulan-Data

1 komentar: